Minggu, 07 Februari 2010

Kisah Si Belang, Si Botak dan Si Buta




Dari Abu Hurairah radhiallahu
‘anhu, bahwasannya dia telah mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda, “Sesungguhnya ada tiga orang dari Bani Israil yang
belang, yang botak, dan yang buta. Allah Ta’ala hendak menguji mereka,
lalu Dia mengutus satu malaikat kepada mereka.

Kemudian Malaikat
mendatangi yang belang seraya berkata, “Apa yang paling kamu sukai?”
“Warna yang bagus, kulit yang indah dan hilangnya apa yang menjadikan
orang lain jijik kepadaku,” jawab si belang. Kemudian malaikat itu
mengusapnya sehingga hilanglah kotoran yang ada pada dirinya dan
diberikan warna yang sangat bagus dan kulit yang indah. Lebih lanjut
malaikat itu bertanya, “Harta benda apa yang paling kamu sukai?” dia
menjawab, “Unta.” - Atau dia berkata, “Sapi.” - si perawi ragu. Lalu
diberikan kepadanya unta yang sedang hamil, dan Malaikat itu berkata,
“Mudah-mudahan Allah ‘Azza Wajalla memberikan berkah kepadamu melalui
unta itu.”

Setelah itu, Malaikat mendatangi orang yang botak dan bertanya, “Apa
yang paling kamu sukai?” jawabnya, “Rambut yang indah dan
dihilangkannya apa yang menjadikan diriku dihinakan oleh orang-orang.”
Lalu Malaikat itu mengusapnya sehingga apa yang menjadikannya terhina
itu hilang dari dirinya dan diberikan rambut yang bagus kepadanya.
“Lalu harta benda apa yang paling kamu inginkan?”, tanya Malaikat. Si
botak itu menjawab, “Sapi.” Kemudian diberikan kepadanya sapi yang
sedang hamil. Dan Malaikat berkata, “Semoga Allah Ta’ala memberikan
berkah kepadamu melalui sapi ini.”

Selanjutnya, Malaikat mendatangi si buta dan bertanya, “Apa yang
paling kamu sukai?” “Aku ingin Allah Ta’ala mengembalikan pandanganku
kepadaku sehingga aku dapat melihat orang-orang”, jawab si buta.
Kemudian Malaikat itu mengusapnya, sehingga Allah Ta’ala pun
mengembalikan penglihatannya. Lebih lanjut, Malaikat bertanya, “Harta
benda apa yang paling kamu sukai?” Dia menjawab, “Kambing.” Kemudian
diberikan kepadanya seekor kambing yang sedang hamil.

Hingga akhirnya, unta, sapi, dan kambing itu berkembang biak. Dan si
belang mempunyai satu lembah unta. Si botak mempunyai satu lembah sapi,
dan si buta juga mempunyai satu lembah kambing.

Kemudian, Malaikat mendatangi si belang itu dengan penampilan
seperti dirinya dulu dan dalam keadaan seperti yang dialaminya
(berpenyakit belang), seraya berkata, “Sesungguhnya aku adalah seorang
yang miskin dan aku telah kehabisan perbekalan di tengah-tengah
perjalananku ini. Sehingga sekarang tidak ada yang (kuharap) memberi
pertolongan kecuali hanya Allah Ta’ala, kemudian (kuharap) kamu pun mau
memberi bantuan. Aku meminta seekor unta kepadamu dengan menyebut Rabb
yang telah memberimu warna yang bagus, kulit yang indah, serta harta
benda, sehingga dengannya aku dapat melanjutkan perjalananku ini.” Maka
si belang itu berkata, “Hak-hak (yang harus aku berikan) sangat banyak
(sehingga aku tidak dapat membekalimu apa-apa).” Kemudian Malaikat itu
berkata, “Kalau tidak salah aku pernah mengenalmu. Bukankah engkau dulu
seorang yang berpenyakit belang, yang dihinakan oleh orang-orang,
seorang yang miskin, lalu Allah Ta’ala memberimu karunia.” Maka si
belang itu berkata, “Sesungguhnya kekayaan ini aku peroleh secara turun
temurun dari ayah, dan ayah memperolehnya dari kakek.” Lalu malaikat
berkata, “Jika engkau berbohong, maka semoga Allah Ta’ala akan
menjadikan dirimu seperti keadaanmu semula.”

Selanjutnya, malaikat itu mendatangi si botak dalam wujud seperti
dirinya dahulu (botak). Lalu malaikat itu berkata kepadanya seperti
yang telah dikatakan kepada si belang. Dan si botak itu pun menjawab
seperti yang telah dilakukan oleh si belang. Maka Malaikat pun berkata,
“Jika kamu berbohong, mudah-mudahan Allah Ta’ala akan mengembalikan
dirimu seperti apa yang kamu alami dulu.”

Setelah itu, Malaikat mendatangi si buta dengan wujud dan penampilan
seperti dirinya semula. Lalu Malaikat itu berkata, “Aku ini seorang
miskin dan tengah dalam perjalanan. Telah habis bekal perjalananku, dan
sekarang tidak ada yang dapat mengantarkan diriku (sampai kepada
tujuan) melainkan hanya Allah Ta’ala, kemudian (aku berharap) engkau
mau menolongku. Aku meminta seekor kambing kepadamu dengan menyebut
Rabb yang telah mengembalikan penglihatanmu kepadamu, yang dapat
mengantarkan diriku sampai dalam perjalananku.” Maka dia pun berkata,
“Aku dulu seorang yang buta, lalu Allah Ta’ala mengembalikan
penglihatanku kembali. Oleh karena itu, ambillah apa saja yang kamu
sukai dan tinggalkan apa yang kamu kehendaki. Demi Allah, aku tidak
akan membebani dirimu (meminta ganti) dari sesuatu yang telah engkau
ambil karena Allah.” Maka Malaikat itu berkata, “Peganglah atau
peliharalah hartamu, sebenarnya kalian tengah diuji. Dan sesungguhnya
Allah subhanahu wata’ala telah meridhaimu dan Dia murka terhadap kedua
orang sahabatmu.” (Muttafaq ‘alaih).

Kandungan Hadits:

1. Diperbolehkan untuk membicarakan umat-umat terdahulu,
khususnya Bani Israil, di mana di kalangan mereka terdapat berbagai
keajaiban dan penyebutan sesuatu (kisah) telah disepakati terjadi pada
mereka, agar diperhatikan oleh orang yang mendengarnya.

2. Kewajiban mensyukuri nikmat dan tidak mengingkarinya, karena hal itu yang menjadi sebab keberkahan dan bertambah banyak.

3. Keutamaan sedekah dan perintah untuk mengasihi orang-orang lemah, menghormati, dan mengantar mereka sampai kepada tujuannya.

4. Kejujuran dan kedermawanan merupakan sifat terpuji dan
kedua sifat tersebut dimiliki oleh si buta. Kedua sifat itu pula yang
telah membawanya bersyukur dan bermurah hati, sehingga akhirnya dia
memperoleh keridhaan Allah Ta’ala.

5. Pahala dari Allah Ta’ala didasarkan pada lahiriyah perbuatan dan sesuai dengan niat yang melandasinya.

6. Hadits di atas mengandung pengarahan dan bimbingan
melalui kisah tersebut. Sebab, pengaruhnya sangat besar di dalam jiwa
dibanding sekedar memberi nasihat.

7. Kemampuan Malaikat untuk mengubah diri dalam bentuk manusia.

8. Diperbolehkan meminta dengan menyebut (nama) Allah Ta’ala.

9. Keberkahan itu jika telah melekat pada sesuatu, akan
menjadikan jumlah yang sedikit menjadi banyak. Demikian juga
sebaliknya. Wallahu a’lam.

0 comments: